Get In Touch
sambas.berite@gmail.com0821-4933-5559
Our Company
Dsn Sukamantri, Dalam Kaum, Sambas, Kalimantan Barat, 79462
Minggu, 27 Oktober 2024 - 16:56

Peristiwa "Sambas Berdarah" 27 Oktober 1945 - Perlawanan Tokoh Pejuang Sambas

Penulis : Berite Sambas

Foto Tugu Tabrani Ahmad

Beritesambas.com - Pada 27 Oktober 1945, sebuah peristiwa heroik yang kini dikenal sebagai Tragedi Sambas Berdarah terjadi di depan Istana Alwazikubillah, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Peristiwa ini merupakan salah satu bentuk perlawanan rakyat Sambas terhadap upaya Belanda yang ingin kembali menguasai wilayah Indonesia pasca Proklamasi Kemerdekaan. Dalam insiden yang kelam ini, para pemuda Sambas bersatu untuk menurunkan dan merobek bendera Belanda serta menaikkan Merah Putih sebagai simbol kedaulatan.

Dalam aksi heroik tersebut, Tabrani Ahmad, seorang pemuda pejuang yang juga keponakan dari tokoh perlawanan H.M. Siradj Sood, gugur di tangan tentara Belanda yang menggunakan bayonet. Meski demikian, keberanian para pejuang tetap membara, dan H.M. Siradj Sood langsung merebut kembali bendera Merah Putih untuk dikibarkan. Pengorbanan ini menjadi simbol kuat akan semangat kemerdekaan yang tak tergoyahkan di Sambas.

Kabar Proklamasi yang Membangkitkan Semangat Perlawanan

Seiring dengan berita proklamasi kemerdekaan yang disampaikan oleh Presiden Soekarno pada 17 Agustus 1945, masyarakat Sambas mulai mendengar kabar kemerdekaan tersebut secara sembunyi-sembunyi melalui siaran radio dari Sarawak. Namun, kabar tersebut baru secara resmi sampai ke Sambas pada awal Oktober 1945 melalui tokoh dari Pontianak. Para pemuda Sambas yang tinggal di Pontianak, seperti Zainudin Nawawi Ghifni Ismail, membawa kepastian bahwa Indonesia telah merdeka, yang menjadi pendorong semangat perlawanan terhadap tentara Belanda.

Pembentukan Persatuan Bangsa Sambas (PERBIS) sebagai Wadah Perjuangan

Setelah memastikan berita kemerdekaan, rakyat Sambas mendirikan organisasi perjuangan bernama Persatuan Bangsa Sambas (PERBIS) pada 23 Oktober 1945. PERBIS menjadi wadah bagi para pemuda dan masyarakat Sambas untuk mempertahankan kemerdekaan dari tangan kolonial Belanda dan tentara NICA yang ingin kembali menguasai wilayah tersebut. Pendirian organisasi ini menjadi tanda bahwa masyarakat Sambas bertekad untuk mempertahankan kedaulatan Indonesia di tanah Kalimantan Barat.

Warisan Sejarah dan Inspirasi Bagi Nusantara

Tragedi Sambas Berdarah tidak hanya meninggalkan kenangan pahit, tetapi juga memberikan inspirasi perjuangan yang menyebar ke seluruh Nusantara. Semangat yang sama juga terlihat dalam pertempuran besar lainnya, seperti Pertempuran 10 November di Surabaya, di mana rakyat Indonesia bangkit mempertahankan kemerdekaan.

Foto Rumah H. Siradj SoodFoto Rumah Haji Siradj Sood

Hingga saat ini, rumah tua milik H.M. Siradj Sood, yang dijuluki "Datok Kaye," berdiri sebagai saksi sejarah di Dusun Tumuk, Desa Tumuk Manggis, Kabupaten Sambas. Rumah yang telah berusia lebih dari 350 tahun ini pernah difungsikan sebagai museum perjuangan, meskipun kini telah dialihfungsikan dan barang-barang peninggalan sejarahnya dipindahkan ke Museum Daerah Kabupaten Sambas.

Peristiwa heroik pada 27 Oktober 1945 ini diperingati setiap tahun oleh masyarakat Sambas sebagai momen penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan, mengingatkan generasi muda akan keberanian para pahlawan lokal yang dengan gigih melawan penjajah demi mempertahankan kedaulatan bangsa.